CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, 22 April 2009

"Papa, Mama, Rio Tunggu di Pintu Surga!"

Agnes adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap mlm, Ia bserta klwrganya rutin berdoa bersama. Bahkan, saking taatnya, saat Agnes dilamar Martono, kekasihnya yg beragama Islam, dgn tegas ia mngatakan "Saya lebih mencintai Yesus Kristus daripada manusia!"Ketegasan prinsip Katolik yg dipegang wanita itu menggoyahkan iman Martono yg muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya org beragama Islam. Martono masuk Katolik, sekedar unutk bisa menikahi Agnes. Tepat tgl 17 Okt 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang Jawa Tengah.Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya do Yogyakarta, Agnes beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu komplek perumahan di wilayah timur kota kembang. Kebahagian terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dgn kehadiran tiga mahlkuk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha, dan Rio.Di lingkungan barunya, Agnes terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikian pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai Kepala Devisi Properti PT Telkom Cisanggarung Bandung.Karena ketaatan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yg beragama katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yg 'disulap' menjadi tempat ibadah (gereja).Uniknya, meski sdh menjadi pemeluk Katolik, Martono tdk melupakan kedua org tuanya yg beragama Islam. Sebagai bentuk cinta dan bakti pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yg kelima.Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai suatu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio,si bungsu yg sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yg tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung.Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yg menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Agnes masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yg tak kunjung membaik.Saat dipindahkan ke ruang ICU, Rio, yg masih terkulai lemah, meminta Martono , sang ayah, untuk memanggil ibundanya yg tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Agnel ihwal permintaan putra bungsunya itu.Namun, Agnes tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan ke Martono, "saya sudah tahu." Itu saja.Martono heran. Ia pun kembaki masuk ke ruangan dengan rasa penasaran menggelayut dalam benak. Di dalam, Rio berucap, "Tapi udahlah, Papa aja, tidak apa-apa. Pa, hidup ini hanya 1 centi. Di sana ngga ada batasnya."Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yg tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti org dewasa yg mengerti agama.Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, "Pa, Rio mau pulang!""Ya, klw sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama papa sama mama," jawab Martono. "Ngga, saya mw pulang sekarang. Papa, Mama, Rio tunggu di pintu Surga!" begitu ucap Riom setengah memaksa.Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar bisikan yg meminta dia unutk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang Ayah, Martono, membacakan syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim.Tak lama setelah itu bisikan kedua terdengar, bahwa setelah Adzan maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayupn adzan maghrib berkumandang, Rio menghembuskan nafas terakhirnya.Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi2 terjadi. Agnes yg masih sedih waktu itu seakan-akan melihat Rio menghampirinya dan berkata, "Ma, sy tidak mw pakai naju jas mau dibalut kain putih aja." Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yg baru meninggal.Setelah diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana, sepatu yg serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yg tetap harus dimakamkan secara katolik,jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus katolik di Cimahi, Bandung.Sepeninggal Rio, Agnes sering berdiam diri. Suatu hari Ia mendengar bisiskan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, "Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju TUhan." Pada saat itu juga Agnes langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, "Ma, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!" Mbok Atik adalah seorang muslimah yg bertugas merawat Rio di rumah. Saat itu Agnes menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, "Kok Mama ngga dikasih?" Mama kan nanti punya sendiri", jawab Rio singkat.Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Agnes meminta suaminya mengecek ongkos haji pada waktu itu. Setelah dicek, dana yg dibutuhkan Rp. 17.850.000,-. Dan yg lebih mengherankan, ketika uang yg dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp 17.850.000,- tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Agnes sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yg sehari-hari merawat Rio di rumah.Singkat cerita, ditanah suci Mekkah, Mbok Atik menghubungi Agnes via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah Ia bertemu Rio. Si bungsu yg baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, "Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia di sini. Klw Mama kangen berdoa saja."Namun, pesan itu tak lantas membuat Agnes tenang. Bahkan Agnes mengalami depresi yg cukup berat, hingga harus mendapat bimbingan dari seorang psikolog selama 6 bulan.Suatu malam saat tertidur, Agnes dibangunkan oleh suaru pria yg berkata, "bukalah Alquran Surat Yunus!". namun setelah mencari tahu tentang Surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yg beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapat Alquran dari sepupunya, dan membacanya berulan-ulang pun, Agnes tetap tak mendapat jawaban."Mau Tuhan apa sih?" protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap "Astagfirullah". Tak lama kemudian, akhirnya Agnes menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: "Katakan, tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak(pula) mendahulukannya."Beberapa kejadian aneh yg dialami sepeninggal Rio, membuat Agnes berusaha memperlajari Islam lewat beberapa buku. Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, "Ya Allah, terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islakan oleh orang lain!"Setelah memeluk Islam, Agnes secara sembunyi-sembunyi melakukan sholat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja, Agnes selalu menolak dengan berbagai alasan.Samapai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono melihat istri tercintanya, Agnes, tengah bersujud menggunakan jaket, celana panjang, dan syal menutupi aurat tubuhnya. "Lho kok Mama sholat?", tanya Martono. "Maafkan saya, Pa. Saya duluan, Papa saya tinggalkan," Jawab Agnes lirih. Ia pasrah atas segala resiko yg akan ditanggung, bahkan perceraian sekalipun.Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Suatu hari, 17 Agustus 2000, Agnes mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti loma adzan yg diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal. Adi sendiri tiba-tiba tertarik mengikuti lomba Adzan beberapa hari sebelumnya, meski Ia masih Katolik dan berstatus sebagai siwa SMA SAnta Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara bendera di kantornya.Di tempat lomba yg diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, psikolog Agnes, berpesan kepada Adi, "Niatkan suara Adzan bukan hanya untuk orang yg ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!" Ujarnya. Hasilnya, suara Adzan Adi yg lepas nan merdu mnegalun syahduh mengundang keinginan dan kekyusukan siapapun yg mendengarnya. Hingga bulir2 air mata pun mengalir tak terbendung basahi pipi sang bunda tercinta yg larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya.Usai lomba Agnes dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah kejutan lain menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Agnes terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan sholat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai sholat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat. Sambil berderai air mata, Iaberucap lirih, "Ma, sekarang Papa sdh masuk Islam." Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam.Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun memulai babak baru sebagai penganut Muslim yg taat. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah.....
disadur dari Tabloid Alhikmah edisi Maret 09/ Rabiul awal 1430H.....Subhanallah sungguh pasangan yg Allah tunjuk agar menjadi pelajaran bagi kita semua.....

Ya Allah berikan kepada pasangan ini kasih sayangMu, Ridhoi amalan mereka, dan istiqomahkan hingga akhir hayat...Ya Allah, jadikan hati kami rindu akan hidayahMu, belajar dari tanda2 kekuasaanMu, dan merasakan nikmat mencintaMu...amiin...

0 komentar: